Sabtu, 14 September 2013

Soal Makanan...?

Apakah selera makan kita sama?
Setiap orang memiliki selera maka yang berbeda. Ada yang suka makan daging, ada yang menikmati sayuran dan ada juga menyukai keduanya. Pilihan makanan terkadang tergantung pada waktu dan tempat serta bagaimana kita dibesarkan/ kebiasaan. Di daerah yang dingin, mungkin jenis menu yang enak adalah yang pedas, atau yang asin. Di daerah yang yang panas, mungkin jenis makananya manis. Pada waktu malam, dihidangkan makanan yang hangat adalah sebuah kenikmatan tersendiri, dan tentunya makanan yang dingin dipagi hari terkadang membuat orang kurang berselera. Pada prinsipnya selera makan masing masing kita terdapat perbedaan dan tidak bisa digeneralisir. 

Terkadang ada orang yang memiliki pantangan atau alergi pada jenis makanan tertentu. Ada yang takut makan telur,  udang atau daging kambing karena hawatir terkena gatal-gatal. Ada juga yang hawatir makanan yang pedas karena takut mulas. Terkadang juga kita sangat fobia pada makanan yang mungkin kurang bersih secara kesehatan. Tetapi seberapa banyak kita yang alergi makanan yang tidak halal?. Yaitu jenis makanan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan agama. Jawabannya hanya kita sendiri yang tahu.

Bagaimana sesuatu makanan bisa menjadi tidak halal? Beberapa pendapat mengatakan karena makanan tersebut bersumber dari hasil kerja yang tidak halal, misalnya korupsi, mencuri atau perbuatan yang tidak legal secara konsep islam. Jenis makanan yang seharusnya halalpun bisa menjadi haram karena proses penyembelihannya tidak sesuai dengan syariat islam, seperti daging sapi, kambing, domba, atau ayam. Selain itu, ada juga memang makanan yang sudah dinyatakan haram oleh Allah SWT dalam Alqur’an seperti daging anjing dan babi. Mungkin hal tersebut sudah banyak kita ketahui, tetapi apakah kita pernah memakan sesuatu tanpa minta izin kepada yang punya makanan terlebih dahulu? Mari kita perhatikan pendapat berikut.

Dalam konsep Islam semua jenis makanan ataupun minuman milik Allah, dan diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia selaku hamba Allah. Tujuan diciptakannya adalah sebagai bekal hidup dalam proses menyembah Allah SWT. Terkait dengan diskusi sebelumnya bahwa sebab tidak halalnya makanan atau minuman salah satunya  adalah karena kita tidak meminta izin kepada yang memiliki makanan.  Pernahkah kita makan tanpa meminta izin kepada Allah SWT, yaitu tanpa membaca bismillahirrahmaanirrahiim. Jika pernah maka saat itu kita mengambil makanan tanpa izin. Dengan kata lain kita sudah melakukan “pencurian”  yang berakibat pada tidak halalnya makanan yang kita konsumsi.  Semakin jarang kita membaca bismillah, maka semakin sering kita mengambil tanpa izin / “ mencuri” dan semakin sering kita mengkonsumsi makanan yang haram.

Mengapa harus makanan halal?
Suatu hari saya mengikuti sebuah kajian ilmiah dari seorang Tuan Guru Tua / Kiyai/ Ulama di Lombok yang membahas tentang pentingnya makanan halal.  Beliau menjelaskan bahwa karakter atau perilaku manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor makanan dan faktor iblis. Beliau menjelaskan secara ilmiah dan spiritual bahwa makanan yang kita konsumsi setiap hari akan terbagi menjadi dua yaitu Sari dan Sisa. Sisa makanan atau yang tidak terserap kedalam tubuh kita akan dikeluarkan dalam tiga bentuk zat, padat, cair dan gas. Sedangkan sari makanan akan terbagi menjadi lima, yaitu syaraf, sperma dan sel telur, darah, daging dan tulang.

Mari kita perhatikan satu persatu. Pertama syaraf, berfungsi untuk banyak hal, misalnya melihat, mendengar, berbicara, berjalan, berfikir dan fungsi-fungsi lainnya. Jika syaraf yang terbentuk berasal dari makanan yang haram, maka kecendrungan fungsi syaraf ini akan negatif. Misalnya syaraf pada mata yang awalnya kita niatkan untuk melihat qur’an atau membaca ilmu pengetahuan, cenderung kita gunakan untuk melihat yang tidak seharusnya....?.

Sperma dan sel telur behubungan dengan keturunan atau anak. Ketika anak lahir, maka anak tersebut akan mewarisi bentuk fisik, mental dan sifat dari kedua orang tuanya. Bisa dibayangkan bahwa jika sperma dan sel telur pasangan suami istri berasal dari makanan hasil mencuri atau korupsi, maka secara tidak sadar kita sudah mewariskan gen yang tidak bermoral. Genetika tidak hanya mempengaruhi kemampuan berbahasa serta kecerdasaan lainnya, tetapi ia juga mempengaruhi perilaku atau watak dari anak-anak kita.

عن ابي هريرة رضي الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : كل مولد يولد على الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه او يمحسانه

"Dari Abi Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda: setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tualah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi".

Mungkin secara fisik, seorang anak tampak menawan, tetapi berperilaku "tidak karuan" yang dampaknya sangat menyengsarakan batin kita sebagai orang tua. Mungkin syair berikut dari seorang ulama muda di Lombok (Tuan Guru Haji (Kiyai) Lalu Mujahidul Islam bisa menjadi bahan renungan bersama terkait dengan masalah keturunan yang menyengsarakan para orang tuanya.

“Jaranglah pandai menjaga diri               “Di zaman ini sangatlah nyata
Kebanyakan asyik memoles diri                Banyaklah fitnah dimana-mana
Hanya banggakan wajah dan bodi            Iman taqwanya dilelang nyata
Akhirnya lupa budi pekerti”                       Akhirnya lupa pada Sang Pencipta”

Hal yang tidak jauh berbeda pula dengan darah. Secara medis, transfusi darah adalah sesuatu yang baik dan bisa dilakukan jika pendonor memiliki kesamaan golongan darah dengan orang yang didonor. Tetapi pernahkah kita berpikir, bagaimana kualitas darah si pendonor? Tentunya konsep kualitas secara medis dengan agama terdapat perbedaan. Dalam konsep 
Islam, darah yang berkualitas adalah darah orang yang sehat secara fisik dan sehat secara rohani, darahnya terbentuk dari makanan yang halal.  Bayangkan jika ada seorang anggota keluarga kita yang sholeh, sakit dan memerlukan transfusi darah, darah siapakah yang akan kita upayakan. Jika kita memiliki pilihan, kenapa tidak mencari pendonor dari orang yang sholeh juga. Insyaallah ada masalah akan ada jalan keluar. 

“Sesungguhnya bersama kesusahan, akan ada kemudahan” (QS: 94, Ayat 5-6).

Bagaimana dengan daging dan tulang? Hal yang sama juga berlaku dimana makanan yang tidak halal akan menjadikan daging dan tulang kita juga menjadi tidak sehat secara kerohanian, meskipun terlihat sehat secara fisik. Penting menjaga agar otot dan tulang tidak keropos secara jasmani, tetapi lebih penting menjaga tulang yang digerogoti oleh makanan yang tidak halal.

Apa hubungan makanan dengan Iblis?
Allah menciptakan tubuh ini menjadi wadah atau rumah bagi ruh, akal dan nafsu. Jika rumah tersebut kotor, maka sesuatu yang kotor dan jijik akan senang memasuki dan menempatinya. Tetapi jika rumah tersebut bersih, maka hal-hal yang baik akan senang berada didalamnya. Orang yang menjaga kehalalan makanannya, maka dia mengupayakan kebaikan dalam dirinya. Semakin dia berusaha mensucikan dirinya, maka semakin dia mendatangkan kebaikan dan ketenangan dalam dirinya.  Sebaliknya, orang yang membiarkan rumah/ jasadnya terkotori oleh makanan yang tidak halal, maka akan bermuara kemalasan, kelalalaian, kekotoran dan Iblis akan mudah menguasai hatinya. Jika hati, pikiran dan nafsu sudah terkuasai oleh iblis, maka akan berat untuk membersihkannya. Sholat menjadi malas. Mengaji menjadi jarang, bersodakoh menjadi berat, dan seterusnya.

Pernahkan kita kehilangan selera makan?
Saya beberapa kali mengalami masa-masa jenuh dengan menu-menu tertentu atau bahkan tidak memiliki selera makan sama sekali. Bagaimana dengan saudara-saudari sekalian? Mungkin pernah juga. Saya juga pernah mengalami momen-momen dimana makanan itu begitu nikmat,  dan hal tersebut merupakan nikmat yang sangat luar biasa dari Allah SWT. Ada tiga masa dimana saya menemukan kenikmatan yang luar biasa yaitu saat berbuka puasa, saat saya betul-betul lapar dan ketika saya mengingat bahwa tidak semua orang bisa menikmati apa yang sedang saya makan (bersyukur). Jadi betullah kata orang bijak, penyedap rasa yang paling hebat adalah ketiga hal tersebut diatas, puasa, lapar dan bersukur.

Perenungan

Akhirnya, semoga tulisan ini bisa membuat kita saling mengingatkan diri, agar menjaga keseimbangan dalam diri kita. Menjaga keseimbangan dengan berupaya tetap sehat secara jasmani dan rohani. Berusaha tetap sehat dengan menjaga kebersihan dan kehalalan makanan yang kita konsumsi dengan tetap mengucapkan bismillahirrahmaanirrahim dan Alhamdulillahirabbil alamin. Ini semata-mata  demi menjaga kesucian diri kita serta keturunan kita sehingga rahmat allah berupa ketenangan, petunjuk dan kemudahan tetap hadir dalam batin kita dan keluarga kita. 

QS. al-Tahrim (66) : ياأيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا

"Hai orang-orang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari neraka…"

Agar kita juga bisa lebih khusuk saat menghadap yang maha suci ( ya Quddus) terutama dalam sholat, dan lebih siap menghadap Allah SWT di alam akhirat nanti. Jika kebersihan tetap kita jaga, semoga proses pembersihan, melalui siksaan di kubur, di padang mahsyar serta neraka, tidak perlu kita lewati (Masuk syorga bighairi hisab).


Catatan

Mohon maaf kalau ada kesalahan konsep atau kurang baiknya metode penulisan. Penulis hanya berusaha menuangkan pemikiran sebagai bahan pengingat untuk diri dan saudara-saudara seiman. Oleh karena itu, koreksi dan dan saran dari siapapun sangatlah penulis.
(Wollongong, Australia, 14 September, 2013) 

Referensi
Departemen Agama RI. (2000). Alqur'anul Kariim dan Terjemahannya. C.V. Diponegoro
Islam, L.M., TGH. (2012). Album Akhir Zaman. Sumbu Band. Benteng, Lombok Timur, NTB
Sulaiman, L.M. TGH. (2010). Pengajian Mingguan. Kotaraja, Lombok Timur, NTB. 

Sumber gambar: www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar