Selasa, 22 Oktober 2013

Sebuah upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah sendiri

Educational Project: Mengenal Lombok



Marham Jupri Hadi
(STMIK Syaikh Zainuddin NW/ University of Wollongong, Australia, 23/10/2013)


Rasional

Kenapa projek ini penting?

Pemberian informasi yang berimbang mengenai pulau Lombok dan daerah lain yang bernilai pendidikan terasa sangat kurang  apalagi setelah televisi menjadi tontonan utama para siswa sekolah dasar dan menengah bahkan perguruan tinggi. Banyak hal yang menjadi penyebab dari masalah tersebut, salah satunya adalah kurangnya informasi mengenai daerah Lombok. Meskipun telah banyak yang telah menulis mengenai Lombok baik di media cetak maupun media elektronik, khususnya Youtobe, tetapi informasi yang dibuat secara khusus untuk kepentingan dunia pendidikan terasa masih sangat sedikit. Selain itu, penulisan buku tentang Lombok untuk kepentingan pendidikan juga masih sangat kurang. Kebanyakan perpustakaan sekolah dijejali informasi tentang daerah lain atau mungkin cerita-cerita fiksi yang berbeda dari kondisi ril siswa.

Upaya untuk mengenalkan daerah sendiri kepada peserta didik adalah mutlak untuk dilakukan.
Kita sangat prihatin dengan kondisi dimana banyak para siswa yang tidak mengenal daerah sendiri. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Misalnya, ketidakmampuan untuk mengakses wilayah yang ada di pulau Lombok. Oleh karena itu, diharapkan projek ini bisa membantu siswa untuk mengakses informasi yang bisa digunakan untuk memperkaya pemahaman tentang daerah sendiri. Mengenal pulau Lombok berarti mengenali identitas diri. Dengan mengenali identitas diri sendiri maka diharapkan akan tumbuh rasa bangga sebagai orang yang lahir dan tumbuh di pulau Lombok.

Selain itu, selama ini siswa banyak disuguhi mengenai informasi yang jauh dari lingkungan tempat tinggalnya.  Informasi yang terdapat dalam buku-buku teks yang ada di sekolah dasar dan sekolah menengah sepertinya banyak berisi informasi tentang daerah luar. Memang buku tersebut bermanfaat untuk mengenalkan para pelajar tentang wilayah Indonesia.  Akan tetapi kebanyakan para pendidik lupa megenalkan wilayah mereka sendiri. Akibatnya siswa lebih mengenal daerah luar daripada daerahnya sendiri.

Bagaimana cara mengenalkan pulau lombok kepada para siswa?
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengenalkan pulau lombok beserta potensi yang ada didalamnya. Antara lain dengan mengajak siswa untuk melakukan tur/ tamasya ke berbagai daerah yang ada di pulau Lombok. Dengan cara ini, para siswa akan melihat dan menyadari kekayaan budaya dan alam yang dimiliki oleh pulau Lombok. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan melalui buku. Dengan buku, tidak hanya pemahaman siswa mengenai pulau Lombok yang akan meningkat, tetapi juga kemampuan mereka untuk membaca juga akan bertambah. Cara yang mungkin lebih innovatif dan menarik adalah dengan menggunakan rekaman dimana siswa diberikan informasi melalui media televisi. Sebagaimana yang kita ketahui bersama selama ini para siswa menghabiskan banyak waktu untuk menonton TV. Kenapa kita tidak memanfaatkan ini sebuah sebuah kesempatan untuk mengenalkan siswa tentang daerah sendiri. Tentunya suguhan attraktif bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa untuk menontonnya.

Selain ketiga metode diatas, pengenalan juga bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan teknologi informasi dan komunikasi. Salah satunya adalah dengan menggunakan Power Point. Power Point bisa digunakan sebagai media penyampaian informasi. Integrasi power point dalam proses pembelajaran bisa juga melalui WebQuest project dimana siswa diminta untuk mencari informasi mengenai daerah mereka dan itu bisa dijadikan sebagai tugas sekolah mereka.

Bagaimana mengitegrasikan program pengenalan pulau Lombok kepada siswa?
Seperti yang saya katakan diatas, mengenalkanya bisa melalui kegiatan pembelajaran yang terintegrasi dengan mata pelajaran yang ada di dalam kelas.Mata pelajaran yang bisa menjadi bagian terintegrasi dari program pengenalan Lombok ini adalah bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Sejarah, Ekonomi, PPKn, Pendidikan Agama dan mungkin juga olahraga.


Siapa yang bisa terlibat dalam project ini?
Program bisa bisa dilakukan oleh siapapun namun diperlukan tim kerja untuk mempermudah proses pekerjaan. Tim tersebut bisa terdiri dari guru, dosen, mahasiswa, siswa, LSM, tokoh masyarakat, tokoh agama, pejabat pemerintah, dinas pendidikan, dan anggota masyarakat lainnya.

Bentuk project
Project ini bisa berbentuk penulisan buku, rekaman video, rekaman suara, power point ataupun weblog.
                                                                        
Topik
Ruang lingkup dari projek ini memang sangat luas, tetapi bisa dipersempit dalam bentuk topik-topik seperti sejarah, tempat wisata, nama tempat, tokoh, kehidupan masyarakat dan lain-lain.

          
Kapan bisa dimulai?
Project ini bisa dimulai sekarang juga dengan menyediakan sebuah kamera, recorder, handycam, laptop, buku dan polpen serta kendaraan. Beberapa orang seperti, di internet sudah memulainya. Sebagai contoh http://lombokexploring.wordpress.com/, blog yang dirintis oleh saudara Andi  Marhadani, seoran guru SMA di kabupaten Lombok Barat. 

Pendanaan
Projek ini adalah project dengan swadaya, dalam artian pendanaan sepenuhnya akan ditanggung oleh masing-masing anggota tim. Ketika salah satu projek sudah terlaksana, maka upaya untuk meminta bantuan pemerintah atau sumber pendana lainnya bisa dilakukan.

Catatan
Pemikiran ini masih banyak memerlukan kajian lebih jauh. Oleh karena itu, masukan dan saran serta kritik terhadap konsep yang ditawarkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam merancang project pengenalan pulau Lombok kepada para siswa.


Inspiring lesson from S4S leadership conference


The leadership conference was one of the very rewarding experiences I had throughout my leadership learning journey. What I found really inspiring was the young lady, one of the keynote speakers, who dedicated her life just to organize a social movement to cut poverty cycle, not only in Australia but for the entire globe. I believe cutting such a cycle is just climbing a really high and slippery cliff which threatens the climber’ life, yet she is now in the middle of her journey at the top the cliff.

Listening to her sharing experiences leads me to a conclusion that leadership exist in every one. We do not have to be powerful people to make a change. All we need to do is to raise a sense of care, love and empathy to what happens in our surrounding. Once this feeling becomes stronger and stronger, power will come to us. We will have the courage and confidence to talk to others about the unfortunate reality facing our society. We will, definitely, have braveness to dream of a change. With this great feeling, aura of leadership will start burning like fire in the cold. Then, everybody will notice our existence. In the long run, more power will be in surrounding. 

Personally speaking, the conference provided, indeed, an invaluable lesson for me and for the rest of the participants. Each speaker honestly expressed their deep feeling and thoughts about what it meant to make a change. Their inspiring stories have successfully triggered everyone in the conference room to wake up and start to change, no matter how big they can contribute to make a change. Very unfortunately, however, only a few people could experience such an incredible moment of learning. There should be more participants in that place because the conference was such a great source of energy to recharge everyone’s leadership battery. Not only deepening their understanding, but conference would build their leadership capacity. I do hope that there would be more similar conferences with more people attending them.


Selasa, 08 Oktober 2013

Pendidikan untuk anak kami ...


Refleksi hasil bincang-bincang diatas kereta api (Wollongong-Sydney)

Tepat hari senin tanggal 7 Oktober 2013 merupakan labour day, hari buruh nasional Australia. Tapi bagi kami bertiga, saya, Wimbi, dosen UKSW Salatiga, dan Kris, guru Bahasa Inggris di SMA N 1 di kalimantan Barat, hari tersebut adalah libur day. Kesempatan libur tersebut kami manfaatkan untuk jalan-jalan menikmati indahnya pemandangan sepanjang jalan menuju Sydney yang merupakan kota terpadat di Australia.

Memang banyak pilihan untuk ke Sydney, tetapi alternatif terbaik adalah dengan menggunakan kereta api. Perjalanan ke Sydney kurang lebih ditempuh sekitar 1,5 jam dari tempat kami tinggal, Wollongong.  Selama dalam perjalanan, kami berdiskusi tentang banyak hal, salah satunya adalah tentang pendidikan di Indonesia. Fokus pembicaraan kami adalah mengenai pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kami.

Saya memulai diskusi dengan menceritakan pengalaman salah seorang Professor di Perguruan Tinggi negeri di Indonesia yang merasa kasihan melihat anaknya yang setiap hari harus membawa banyak buku sepulang sekolah. Anaknya tampak kecapean bahkan seringkali anaknya mengeluhkan proses pembelajaran yang sangat berbeda dari apa yang pernah dialami saat dia masih mengikuti sekolah di salah satu Primary school di Australia.  

Berangkat dari cerita tersebut kamipun mulai berbincang-bincang tentang sekolah-sekolah dasar yang “bermerek” Standar Internasional, RSBI.  Dalam diskusi tersebut, ada beberapa hal yang menjadi poin-poin utama diskusi kami. Pertama, kami menilai sekolah bertaraf international lebih bermotif proyek ketimbang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia.  Kesimpulan tersebut kami ambil, karena melihat fakta dilapangan bahwa, sekolah-sekolah berlogo international tersebut pada praktiknya merupakan wadah penyaluran dana dari Mendikbud yang, menurut kami, terlalu berlebihan.  Dampak negatif yang kami lihat juga adalah ada indikasi  ketidak adilan pemerintah dalam menangani pendidikan di Indonesia dengan adanya konsep standarisasi tersebut. Berungtunglah Mahkamah konstitusi telah membatalkan RSBI di seluruh Indonesia.

Poin kedua dari diskusi kami adalah pada level sekolah dasar, para siswa sepertinya terlalu dipaksa untuk belajar.  Entah karena keinginan atau gengsi orang tua untuk melihat anaknya berprestasi sehingga anak tersebut harus terpaksa mengikut berbagai macam kursus setelah pulang sekolah. Akibatnya, banyak anak-anak tersebut kehilangan masa-masa bermain mereka. Padahal bermain juga adalah bagian dari belajar dan mempengaruhi motivasi berprestasi serta fungsi dari otak anak.

Terkait dengan belajar sambil bermain, kami teringat saat berada di bangku sekolah dasar. Begitu jarang kami mengikuti kursus di sore hari, namun waktu luang kami gunakan untuk bermain. Kami merasa, bahwa dari permainan tersebut kami belajar arti bersosialisasi, melatih komunikasi,  bekerjasama, berkreativitas dan berkompetisi serta pemanfaatan lingkungan sebagai sumber ide. Tetapi karena zaman sudah berubah dimana teknologi informasi dan komunikasi sudah mempengaruhi pola pikir manusia, maka, permainan-permainan tradisional tersebut perlahan mulai ditinggalkan oleh anak-anak kecil saat ini. Bahkan banyak sekali dari anak-anak seumuran TK atau SD sudah terlahir sebagai Digital Native. Maksudnya, sejak baru lahir mereka sudah diekspos ke dunia digital seperti HP, TV, tablet ataupun laptop.

Diskusi kamipun terus berlanjut dari satu topik ketopik lainnya. Topik yang kami bahas adalah bagaimana pendidikan yang terbaik untuk anak kami.  Sayapun menceritakan bagaimana saya mendidik anak saya di rumah. Kebetulan kedua teman saya belum memiliki anak jadi mereka lebih memilih untuk mendengarkan pengalaman saya tersebut.

Saya menjelaskan kepada mereka bahwa, anak saya yang pertama, 5 tahun, saya masukkan di salah satu PAUD yang dikelola oleh keluarga. Dari pengamatan saya, anak saya cukup banyak mengalami kemajuan baik dalam menggambar, menari ataupun berbicara. Namun saya cukup kaget ketika melihat perkembangan yang kurang baik dari anak saya. Setelah saya pelajari, ternyata hal-hal yang kurang baik tersebut merupakan pengaruh dari dua hal yaitu, kurangnya perhatian guru di PAUD tersebut serta pengaruh negatif dari teman sebaya  anak saya. 

Sayapun mulai berpikir keras tentang bagaimana saya harus mendidik anak saya dirumah untuk menyeimbangkan pengaruh negatif dari proses belajar di PAUD tersebut. Akhirnya, sayapun memutuskan untuk mempelajari buku-buku pendidikan anak di rumah dan berharap agar istri saya bisa menjadi guru dari anak-anak saya. Saat ini, saya berharap semoga aktifitas belajar sambil bermain dirumah tersebut relatif bisa membantu perkembangan kepribadian anak-anak saya.

Berangkat dari cerita tersebut, kami terus menggali beberapa kemungkinan terbaik untuk mendidik anak-anak kami. Memang cukup berat untuk mencari solusi terbaik karena kami tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk menformulasikan konsep pendidikan anak. Namun, salah satu ide yang muncul adalah Joyful Home Learning, proses belajar di rumah sambil bermain. Kata home learning sengaja dipilih untuk membedakannya dengan home schooling, meskipun kami tidak begitu memahami konsep keduanya. Tetapi pada prinsipnya, home learning dalam persfektif kami adalah proses pembelajaran yang dimana orang tua menjadi pemegang peranan kunci dalam proses tersebut.

Konsekuensi dari konsep tersebut adalah  orang tua perlu menyediakan waktu bersama anak mereka baik untuk mengajarnya mengaji, menulis, menggambar ataupun yang lainnya. Orang tua pada konsep ini adalah menjadi idola dan guru utama dan pertama dari anak-anak mereka yang masih kecil. Bukan baby sitter, pengasuh bayi buka pula dari guru PAUD atau SD.  Kami menyadari sudah banyak orang yang mempraktikkan konsep ini dan berhasil. Kami juga memaklumi bahwa konsep ini terkendala oleh banyak hal, salah satunya kesibukan orang tua  yang mungkin fokus pada pekerjaan atau bisnis. Tetapi apapun kondisi yang dihadapi oleh para orang tua, kami berharap ada waktu yang disediakan khusus untuk mendidik anak-anak mereka.

Karena kereta kami sudah sampai Sydney, maka diskusipun kami akhiri sehingga belum ada kesimpulan yang optimal dari bincang-bincang singkat tersebut. Tetapi kami berharap obrolan santai kami tersebut bermanfaat bagi para orang tua selaku penentu pertama dan utama warna dari keperibadian anak.

Sumber gambar:
Diakses, 8 oktober, 2013, www.abufahry.wordpress.com, www.media2give.blogspot.com  & http://www.google.com


Penulis:
Marham Jupri Hadi, Pendidik dan pemerhati sosial. Mahasiswa Pasca Sarjana University of Wollongong, New South Wales, Australia.
Email     : marhamjuprihadi@yahoo.co.id

Jumat, 04 Oktober 2013

Gadis Vietnam bertanya tentang sholat...


Seperti biasa, setiap weekend, kami main bola disalah satu lapangan umum di wilayah di Wollongong, sebuah kota kecil di Australia bagian tenggara. Kami sangat menikmati olaharaga tersebut karena itu adalah kesempatan untuk melepaskan kepenatan setelah lima hari kami harus bergulat dengan tugas, menulis artikel ilmiah, membaca jurnal dan menyiapkan presentasi. Setiap kali bermain, kami sangat menikmatinya karena tim lawan kami adalah mahasiswa dari timur tengah seperti Syiria, Iraq, Lebanon dan terakhir dengan Malasyia. Sayang kami jarang menang, tetapi tidak pernah terjadi " gontok2an". 

Sebelum main bola biasanya kami harus sholat ashar dulu karena hawatir waktu sholat tidak cukup. Karena tidak ada tempat sholat khusus maka seringkali kami harus sholat diatas rumput lapangan yang terkadang menjad tontonan tersendiri bagi "bule-bule" non muslim Australia. Suatu saat saya sholat asyar dipinggir lapangan dan sekitar 50 meter di belakang saya ada sepasang kakek nenek yang sedang jalan2 sambil membawa dua ekor anjing peliharaannya. Saya sempat was2 saat itu karena hawatir anjingnya akan menyentuh saya. Tetapi saat itu, saya memutuskan untuk memfokuskan perhatiaan saya sambil berdoa semoga Allah menjauhkan anjing2 tersebut dari tempat sholat saya. Walhasil, alhamdulillah, ternyata sampai selesai sholatpun saya tidak tergangggu karena kakek nenek tersebut berhenti sekitar lima meter dibelakang saya sholat. Mereka sepertinya menghargai apa yang saya lakukan dan selanjutnya merekapun tersenyum dan menyapa saya.

Setelah permainan bola selesai, sekitar jam 5.00 (atau magrib) waktu Australia, sayapun ikut mampir di salah satu teman non muslim dari Kalimantan. Kebetulan ditempat tinggalnya saya bertemu dengan seorang gadis dari vietnam, yang juga sedang studi di universitas yang sama dengan kami. Sayapun berkenalan dan berbincang2 untuk sesaat. Karena waktu magrib sudah tiba, maka saya ngomong keteman saya untuk numpang ke kamar kecil. Sepertinya teman saya mengerti maksud saya dan dia mempersilahkan saya untuk untuk wuduk dan sholat di kamarnya.

Saat mau takbir tiba2 tiba saya mendengar teman Indonesia saya tersebut bercerita kepada si gadis vietnam " dia mau sholat dan itu harus bagi dia, karena dia muslim." Saya pun sholat dengan menggunakan jaket saya sebagai sajadah. Setelah selesai sholat sayapun langsung menemui si gadis vietnam tersebut. Begitu saya duduk, dia langsung bertanya: kenapa kamu harus sholat?". Saya agak sedikit terhentak dengan pertanyaan tersebut, karena dia bukanlah orang non muslim pertama yang bertanya demikian. Pertanyaan yang sama pernah juga ditanyakan oleh beberapa teman dari jepang dan dari Australia. 

Saya berpikir cukup keras untuk menemukan jawaban sederhana tersebut. Akhirnya sayapun teringan satu kejadian dalam hidup saya. Saat itu saya sedang mengalami masalah berat yang membutuhkan solusi cepat dan yang jelas saya tidak mampu memecahkannya sendiri. Masalah tersebut membuat saya stress, pusing dan perasaan tidak karuan. Saya menceritkan kejadian itu kepada gadis vietnam tersebut dan menjelaskan bahwa masalah tersebut bisa teratasi setelah saya sholat. 

Sayapun terus berpikir dan berdo'a di dalam hati semoga Allah memberikan petunjuk agar saya bisa meberikan jawaban kepada si vietnam ini, yang beragama Budha. Alhamdulillah, akhirnya jawabun muncul di kepala saya. Saya mengatakan bahwa sholat adalah sebuah meditasi kalo dalam agama budha. Saat sholat, saya menemukan ketenangan batin dan merasakan keseimbangan perasaan dan mental yang luar biasa. Diapun mengerti apa yang saya maksudkan karena sebagai seorang yang beragama budha, maka dia harus sering meditasi. 

Jawaban lainpun muncul dibenak saya. Saya katakan padanya, sholat adalah salah satu bentuk olahraga yang dalam agama hindu seperti yoga. Gerakan fisiknya sangat membantu melancarkan darah dan menormalkan syaraf-syaraf yang tegang. Sayapun menjelaskan bahwa bacaan dalam sholat membantu saya mengatur pernafasan dengan baik. 



Mendengar jawaban tersebut, diapun mulai mengerti kenapa saya harus sholat, sehingga setiap kali bertemu dengannya, diapun menceritakan bahwa dia juga mengenal beberapa mahasiswa muslim yang seringkali minta izin untuk meninggalkan ruang perkuliahan untuk sholat. Awalnya dia tidak mengerti, tetapi setelah mendengar penjelasan saya akhirnya dia mulai memahami apa yang kami lakukan.

Semoga cerita ini bermanfaat.

Image source : www.google.com